MANADO, Swarakawanua– Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Biro Protokol dan Humas Pemprov Sulut dengan mengangkat tema kepariwisataan, mendapat apresiasi.
FGD yang digelar di lobi lantai satu kantor gubernur Sulut ini menghadirkan narasumber Kepala Dinas Pariwisata Daerah Sulut Daniel Mewengkang, Staf Khusus Gubernur Bidang Pariwisata Dino Gobel, Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sulut Merry Karouwan, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulut I Putu Anom Dharmaya, serta stakeholder pariwisata lainnya Kartini Mochtar dari Tasik Ria Resort dan Jeremy Barens, pengelola Safari Tour. Tampak hadir juga Kepala Biro Protokol dan Humas Pemprov Dantje Lantang.
Dino Gobel di awal penyampaiannya, mengapresiasi FGD yang mengangkat materi tentang pariwisata Sulut. Apresiasi yang diikuti wartawan media cetak, elektronik dan online yang tergabung dalam Jurnalis Independen Pemprov Sulut (JIPS), juga diapresiasi Koordinator JIPS Rolf Lumintang.
Menurutnya, dari diskusi yang dipandu Kepala Bagian Humas Pemprov Christian Iroth SSTP, akhirnya terkonfirmasi semua pertanyaan terkait sejumlah hal yang berkembang dalam masyarakat, semisal belum terakomodirnya secara menyeluruh kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam bentuk kuliner ataupun juga kerajinan tangan dan souvenir-souvenir. Menjawab hal itu, Merry Karouwan menyampaikan, secara menyeluruh, memang ditanggung agen travel dalam hal ini MM Travel dengan segala resiko untung-ruginya. Menambahkan jawaban Karouwan, Dino mengatakan, pasar souvenir di Marina Plaza menampung souvenir hasil kerajinan pengrajin Sulut.
Mewengkang sendiri dalam penyampaiannya mengatakan optimis pariwisata Sulut mampu bersaing dengan destinasi wisata lainnya di Indonesia. “Pembangunan pariwisata Sulut secara serius baru dikerjakan selama empat tahun terakhir ini. Sedangkan pariwisata Bali sudah berjalan selama 40 tahun. Kami optimis pariwisata Sulut akan terus berkembang,” tandasnya.
Sementara Gobel dalam penyampaiannya menekankan pada
bagaimana menghadapi tantangan era 4.0. “Era 4.0 harus diantisipasi kalau ingin memenangkan pasar. Kita optimis Menteri Pariwisata Wisnuthama akan mengembangkan, mengawinkan kecerdasan buatan ala 4.0 dan 5.0 yang lebih humanis,” jelasnya.
Diungkapkan mantan wartawan ini, sejak 4 Juli 2016 pariwisata menjadi sektor yang menjadi pemicu perbaikan ekonomi. “ODSK mengajak kita me-maintenance pasar yang sudah ada. Jangan jadi kembang semusim. Apa yang akan kita lakukan? Data menyebutkan 1 miliar lebih melakukan traveling. Khusus di pasar China diperkirakan ada 300-400 juga. Diperkirakan 70 persen termasuk pasar China mengandalkan smartphone, interneting. Apa keistimewaan pasar 4.0? Wisatawan akan sangat mudah mengakses informasi tentang destinasi melalui internet,” ujarnya.
Lebih lanjut, di pasar 4.0, pola wisatawan mencari informasi destinasi itu ada tiga perilaku, di antaranya wisatawan digital. “Sebelum melakukan perjalanan, dia akan men-search dulu, ketika di negaranya musim dingin, dia akan mencari di mana lokasi wisata musim panas yang ada pantainya.
Dan syukurlah kita sudah ada kerjasama dengan Baidu China sejak 2017. mesin pencarian seperti Google Search,” imbuhnya.
Di sisi lain, GM Hotel Sintesa Peninsula Manado, I Putu Anom Dharmaya yang juga Wakil Ketua PHRI Sulut menyampaikan upaya-upaya pihak hotel dalam turut membangun kualitas SDM kepariwisataan di Sulut. “Kami, para GM hotel punya program One GM One SMK. Kita terlibat mulai dari penyusunan kurikulum, dimana ada anak-anak SMK dari kelas biasa ke kelas industri. Dan hotel membuka pintu bagi guru-guru untuk magang di hotel,” sambungnya.
Persoalan sampah yang cukup mengganggu diangkat oleh Kartini Mochtar dan Jeremy Barens. Mereka meminta pemerintah untuk secara serius mengatasi sampah.
FGD pun diakhiri dengan kesepakatan untuk mengawal pariwisata Sulut dalam hal pemberitaan terkait pariwisata Sulut yang makin intens.(gyp)