EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN SPAREPART BERDASARKAN PSAK NO.14 PADA PT. HASJRAT ABADI CABANG KOTAMOBAGU

oleh -1504 Dilihat

By: Ruhiyat, I Gede N.W., Maykel A. Tampenawas, Ismail Mokodompit, Jolly L. R. Turangan, Heidy Pesik

Sulut,Swarakawanua.com-PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu merupakan perusahaan yang ada di Sulawesi Utara (Sulut) yang bergerak dalam bidang perdagangan. Perusahaan ini dalam menyelenggarakan usaha di bidang industri yaitu penjualan mobil merek Toyota dan motor Yamaha.

Suku cadang sparepart dan jasa servis terbagi dalam tiga (3) S yaitu Sales, Service, dan Sparepart. Penelitian ini lebih memfokuskan kendaraan motor Yamaha karena persediaan kendaraan motor cukup banyak dan penggunanya juga lebih banyak dari merek lainnya.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan kegiatan operasi usaha yang terkadang dalam pencatatan ataupun perlakuan akuntansi belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di indonesia.

Penelitian ini merupakaan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Perlakuan Akuntansi Persediaan Sparepart berdasarkan PSAK No.14 pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu. Objek dari penelitian ini adalah persediaan sparepart yang ada di perusahaan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada pihak perusahaan, dokumentasi dan observasi secara langsung di PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan persediaan pada perusahaan menggunakan pencatatan fisik dan metode yang digunakan perusahaan adalah metode FIFO (First In First Out) di mana persediaan yang pertama kali masuk adalah barang yang pertama kali keluar. Dari penelitian yang dilakukan di perusahaan maka diambil kesimpulan bahwa akuntansi persediaan barang dagang pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu telah sesuai dengan PSAK No.14, tetapi dalam pencatatannya belum sesuai standar yang ada.

Rekomendasi perusahaan sebaiknya perlu adanya pengawasan terhadap sistem yang digunakan di perusahaan, agar supaya semua transaksi yang terjadi dicatat secara terkomputerisasi dan terhindar dari human eror atau virus yang merusak data.

Perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya adalah memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan dapat dijamin. Salah satu faktor paling mendukung keberhasilan suatu program adalah melalui prosedur terencana dengan baik. Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting baik bagi setiap perusahaan, karena di situlah terletak sebagian besar pendapatan perusahaan.

Dalam mencapai tujuan setiap organisasi bisnis tersebut, salah satu bagian yang penting adalah bidang akuntansi karena bidang akuntansi ini merupakan pemberi jasa informasi ekonomi dan keuangan yang sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen dan stakeholder. Secara garis besar bidang akuntansi dapat dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) dan Akuntansi Manajemen (Managerial Accounting).

Pencatatan akuntansi diperlukan untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam bentuk catatan-catatan akuntansi mengenai berbagai transaksi yang terjadi pada perusahaan dagang. Salah satunya tentang pencatatan persediaan karena persediaan merupakan salah satu masalah fenomenal yang bersifat fundamental dalam perusahaan.

Ini Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 14 (2015:14,2) tentang persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi penjualan tersebut atau dalam bentuk bahan atau dalam bentuk perlengkapan
untuk digunakan dalam proses produksi atau pembeli jasa. PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu adalah merupakan perusahaan yang ada di Sulawesi Utara, dan bergerak dalam bidang perdagangan.

Perusahaan ini menyelenggarakan usahanya di bidang industri otomotif yaitu penjualan mobil merk Toyota dan motor Yamaha serta suku cadang spareparts dan jasa service lainnya. Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini terkait dengan kedatangan sparepart yang terlambat atau tidak sesuai dengan lead time yang telah ditentukan. Dengan adanya kendala tersebut maka perusahaan berpotensi merugi dengan kata lain penjualan menurun, dan bisa mempengaruhi pendapatan perusahaan.

Masalah lain yang berkaitan dengan persediaan barang dagang dalam pelaksanaan kegiatan operasi usaha, terkadang dalam pencatatan ataupun perlakuan akuntansi belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan standar akuntansi (PSAK) yang berlaku di Indonesia.

Berdasarkan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perlakuan akuntansi persediaan sparepart berdasarkan PSAK No 14 pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu. Dengan adanya dapat memberi manfaat antara lain sebagai bahan referensi bagi Politeknik Negeri Manado Jurusan Akuntansi dan sebagai
bahan evaluasi bagi perusahaan serta diharapkan dapat menambah wawasan dan memperoleh gambaran bagi penulis tentang perlakuan Akuntansi Persediaan Sparepart.

Menurut PSAK No.14 Paragraf 01 (Revisi 2018) menyatakan persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Pernyataan ini menyediakan
pedoman dalam menentukan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto.

Pernyataan ini juga memberikan
pedoman rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan. Biaya yang ada di persediaan menurut PSAK No.14 Paragraf 19 (Revisi 2018) yaitu biaya persediaan pemberi jasa yang menyatakan bahwa sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan tersebut pada biaya produksinya.

Biaya persediaan tersebut terutama terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia dan overhead yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan pemberi jasa tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang seringkali merupakan faktor pembebanan harga oleh pemberi jasa.

Begitu juga dengan jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal usaha tersebut. Pada perusahaan dagang maka persediaannya hanya satu yaitu barang dagang. Barang dagangan adalah barang yang diperoleh dari pemasok, tanpa ada pengubahan bentuknya, dan dimaksudkan untuk dijual kembali kepada pelanggan dalam kegiatan normal perusahaan. Hasil penjualan barang dagangan merupakan
pendapatan utama bagi perusahaan dagang. Bahan habis pakai pada perusahaan dagang meliputi bahan pembungkus dan bahan lain-lain yang habis pakai sekali pakai seperti kertas, pita printer, tinta, karbon dan lain sebagainya.

Ada juga biaya-biaya persediaan
Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:14) mengatakan bahwa biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan yang sering dikatakan atau diartikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga pembelian, bea masuk/pajak lainnya, biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut yaitu:
a) Barang dalam perjalanan,
b) Diskon,
c) Retur pembelian dan
pengurangan harga,
d) Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Termasuk Pengukuran, Pengakuan, dan Pengungkapan Biaya Persediaan PSAK-14 (Penyesuaian 2014) yaitu:
1. Teknik Pengukuran Biaya.
Metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilitas kapasitas.
2. Pengakuan Sebagai Beban
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
3. Pengungkapan laporan keuangan mengungkapkan antara lain:
1).Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan, 2).Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas, 3).Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, 4).Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode
berjalan, 5).Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan, 6).Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan, 7).Kondisi atau
peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan, 8).Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.

Termasuk metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode periodik dimana metode ini digunakan untuk menganalisis masalah yang diangkat penulis.
a. Metode Pencatatan Persediaan Secara Permanen/Perpetual (Perpetual Inventory System).
Menurut Hery (2013:101) mengatakan bahwa sistem perpetual, catatan mengenai harga pokok dari masing-masing barang dagangan yang dibeli maupun yang dijual diselenggarakan secara terperinci. Sistem pencatatan ini akan secara terus menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persediaan barang dagangan yang ada di gudang untuk masing-masing jenis persediaan. Dengan sistem pencatatan perpetual, harga pokok dari barang yang dijual ditentukan setiap kali penjualan terjadi.
b. Metode Pencatatan Fisik/Periodik (Physical/Periodik Inventory Method). Menurut Tjahjono (2009:59) bahwa sistem akuntansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: fisik (periodik) dan buku (perpetual). Fisik (periodik) adalah metode pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan saat tertentu harus diadakan perhitungan fisik atas persediaan
barang (stock opname). PSAK No.14 menyatakan sistem pencatatan fisik/periodik (phisical/periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik (phisical stock-take).

Adapun metode penilaian persediaan, menurut Stice dan Skousen (2009:667), menyatakan ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang secara umum digunakan yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-rata (average), masuk pertama keluar pertama (MPKP)/FIFO (first in first out), masuk terakhir keluar pertama (MTKP)/LIFO (last in first out).

Menurut Dwi Martani, Slyvia
Veronica Nps, (2012:251) terdapat tiga (3) alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh entitas terkait dengan asumsi biaya, yaitu:

1).Metode identifikasi khusus,
2).Masuk pertama, keluar pertama,. 3).Rata-rata tertimbang.

Menurut Reeve dan Warren (2009:345) persediaan akhir berasal dari biaya paling akhir, yaitu barang-barang yang dibeli paling akhir. Kebanyakan perusahaan menjual barang berdasarkan urutan yang sama dengan saat barang dibeli, terutama dilakukan
untuk barang yang tidak tahan lama dan barang yang modelnya sering berubah. Dalam metode FIFO biaya diasumsikan dalam harga pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi.

Menurut PSAK No.14 formula FIFO mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan demikian barang yang lebih dulu masuk atau diproduksi terlebih dulu, dianggap terlebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri dari barang yang terakhir masuk atau yang
terakhir diproduksi.

Penyajian Terhadap Laporan Keuangan, laporan keuangan persediaan barang dagang disajikan baik dalam neraca maupun dalam perhitungan laba-rugi. Menurut Soemarso (2009:384) bahwa dalam laporan keuangan persediaan barang dagang disajikan baik dalam neraca maupun dalam perhitungan laba-rugi. Persediaan barang dagang yang tercantum dalam neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca, yang biasanya juga
merupakan akhir dari suatu periode akuntansi. Dalam perhitungan laba-rugi persediaan barang dagang muncul dalam harga pokok penjualan.

Adapun konsep dasar sparepart (suku cadang), yaitu suatu barang yang terdiri dari beberapa komponen yang membentuk satu kesatuan dan mempunyai fungsi tertentu. Setiap alat berat terdiri dari banyak komponen namun yang akan dibahas komponen yang sering mengalami kerusakan dan penggantian. Secara umum sparepart dibagi menjadi dua, yaitu:
1).Sparepart baru yaitu komponen yang masih dalam kondisi baru
dan belum pernah dipakai sama sekali kecuali sewaktu dilakukan pengetesan,
2).Sparepart bekas atau copotan yaitu komponen yang pernah dipakai untuk periode tertentu dengan kondisi seperti: a. Masih layak dipakai yaitu secara teknis komponen tersebut masih dapat dipergunakan atau mempunyai umur pakai, b. Tidak layak pakai yaitu secara teknis komponen tersebut sudah tidak dapat lagi dipakai walaupun dilakukan
perbaikan atau rekondisi.

Sementara Definisi Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 (2015:2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (2015:3) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Laporan keuangan menyajikan informasi yaitu Aset, Liabilitas, Ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas. Komponen laporan keuangan lengkap menurut PSAK No.1 (2015:1.3) terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
d. Laporan arus kas selama periode

Kerangka Berpikir yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

Adapun Metode Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian
yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif terhadap perlakuan akuntansi yang diterapkan PT. Hasjrat Abadi
Cabang Kotamobagu yang beralamat di Jl. Dataoe Binangkang No. 17. Kotamobagu, Sulawesi Utara, Indonesia. Penelitian dilakukan dari bulan Jan-Mei 2023. Data yang dikumpul dan disajikan berasal dari data primer, yaitu data asli PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu dan data sekunder yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan obyek
penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang didapat oleh peneliti berbentuk data seperti jurnal-jurnal, penelitian terdahulu, persediaan dan PSAK tahun 2018. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara observasi, teknik wawancara dan teknik studi literatur.

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penulisan ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu metode dengan menyusun data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dan dianalisia sehingga memberikan informasi bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, mengumpulkan informasi untuk mengetahui gambaran umum tentang persediaan yang ada di PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu. Kedua, mengetahui struktur organisasi PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu serta tugas dan tanggung jawab masing-masing. Ketiga, mengetahui bagian-bagian yang bertanggung jawab dalam setiap hal yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan terutama berkaitan dengan persediaan barang. Keempat, menelusuri proses pencatatan dan penilaian persediaan barang yang ada di PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu. Kelima, membandingkan hasil yang diperoleh dari perusahaan dengan PSAK No 14 untuk dijadikan dasar acuan dalam menganalisa permasalahan yang ada dan menarik kesimpulan.

Hasil dan pembahasan PT. Hasjrat Abadi adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang perdagangan, dimana pada mulanya berbentuk CV. Hasjrat Abadi yang berdiri pada tanggal 21 juli 1952 dan berkedudukan di Jakarta dengan Notaris Shie Khwan Djioe No.1 1952. Sebelumnya PT. Hasjrat Abadi hanya menjual bahan bangunan, akan tetapi dengan meluasnya daerah jangkauan perdagangan barang maka permintaan akan barang dari
konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin bertambah. Dengan alasan itu maka CV. Hasjrat Abadi membuka cabang perusahaannya untuk melayani kebutuhan masyarakat khususnya untuk kendaraan beroda empat merk Toyota dan roda dua merk Yamaha.

Berdasarkan Akte Notaris No. 4 tanggal 03 Januari 1986, maka bentuk badan usaha CV. Hasjrat Abadi diubah menjadi perusahaan persero terbatas (PT). PT. Hasjrat Abadi yang mempunyai kantor pusat di Jakarta menjadi distributor eksklusif sepeda motor Yamaha di Sulawesi Utara, kemudian diperluas sampai ke wilayah Maluku dan Papua. Kerjasama dengan Toyota dimulai pada tahun 1979, ketika kita menjadi salah satu dari lima mitra distribusi resmi di Indonesia, dengan hak distribusi eksklusif di Sulawesi Utara dan Tengah, Maluku, dan Papua. Pada tahun yang sama.

Hasjrat Abadi mendirikan mitra layanan purna jual CV Kombos di Manado (Sulawesi) untuk melengkapi fasilitas penjualan perusahaan. Hasjrat Abadi mengkhususkan bisnisnya dalam penjualan kendaraan, servis, dan pembiayaan. Beberapa outlet PT.
Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu yaitu: Outlet 3S (di kantor Cabang), Outlet Boroko, Outlet Dumoga, Outlet Mogolaeng, Outlet Sinindian, Outlet Lolak. Visi Perusahaan PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu yaitu tumbuh dan menjadi yang terdepan dalam bidang perdagangan umum serta memberikan kepuasan kepada konsumen. Sementara untuk Misi PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu yaitu:
mendistribusikan produk yang berkualitas tinggi dan menguasai pasar, membangun dan mengembangkan citra perusahaan dan kepuasan pelanggan serta memperluas bidang bisnis.

PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu bergerak di bidang perdagangan umum yang memiliki merek dagang untuk kendaraan bermotor yaitu Toyota untuk kendaraan beroda empat (4), Yamaha untuk kendaraan beroda dua, dan beberapa merek dagang lain. Untuk tempat penyimpanan yaitu Gudang Spare Part Motor Yamaha Kombos yang adalah gudang penyimpanan suku cadang Yamaha yang terdiri dari body, knalpot, rantai, dan bagian motor lain untuk semua jenis motor Yamaha.

 

 

 

Persediaan jasa dagang dalam perusahaan yaitu persediaan sparepart motor Yamaha antara lain: Spark Plug (Busi), Drive Belt, Piston Kit, Battery, Disk Clutch, Shockbreaker, Coolant, Matic Oil (Yamalube). Sementara untuk biaya persediaan Sparepart yang ada di PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu terbagi dua, yaitu: Biaya Pemesanan (ordering cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk satu kali pemesanan sparepart. Pada PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu biaya pemesanan untuk setiap sparepart adalah sebesar Rp 300.000 dan Biaya Penyimpanan (carryng cost) yang merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk merawat persediaan sparepart di dalam gudang. Pada PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu biaya penyimpanan tiap item sparepart ditentukan sebesar 10% dari harga item sparepart pertahunnya.

Akuntansi persediaan dipakai pada persediaan barang dagang dan perlengkapan untuk keperluan jasa services pada PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu menggunakan metode pencatatan secara perpetual. Dalam proses pengecekan stok Sparepart ini dilakukan di dalam sistem DMS (Dealer Management System). Persediaan barang dagangan ditentukan dengan mengukur unsur-unsur persediaan sparepart di gudang.

Sedangkan penilaian persediaan yang digunakan PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu hanya menggunakan metode FIFO. Data mengenai persediaan yang penulis sajikan adalah data persediaan bulan Desember 2020 dan hanya menggunakan satu produk sparepart sebagai sampel dari PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu yaitu Spark Plug (Busi) sebagai acuan dalam
melakukan pencatatan dan penilaian serta penyajian dan pelaporan keuangan (laporan laba rugi dan neraca). Persediaan barang dagangan pada PT Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu disajikan dalam laporan keuangan. Penyajian dan pelaporan keuangannya adalah berupa laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan laporan neraca serta catatan atas laporan keuangan.

Persediaan barang dagangan yang tercantum di neraca mencerminkan nilai barang dagangan yang ada pada tanggal neraca yang biasanya di akhir periode akuntansi. Penilaian persediaan dengan menggunakan metode FIFO.
Penulis dalam penyajian dan pelaporan keuangannya hanya menyajikan laporan laba rugi dan laporan neraca saja. Berikut penyajian dan pelaporannya serta perbandingannya seperti di bawah ini:

 

 

 

 

 

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa adanya hubungan antara persediaan barang dagangan di laporan laba rugi dan neraca jelas terlihat betapa pentingnya akun tersebut dalam menentukan laba (rugi) dan posisi keuangan perusahaan. Kesalahan dalam
menentukan nilai persediaan barang dagang tidak hanya mempengaruhi keuangan di tahun berjalan saja, tetapi juga akan mempengaruhi laporan keuangan di tahun-tahun
yang akan datang.

Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali, penurunan nilai, persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut (IAI;2007;14.5).

 

 

Dari penelitian yang dilakukan
pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu maka kesimpulannya bahwa metode pencatatan yang diterapkan perusahaan dalam mencatat persediaan barang adalah metode perpetual telah sesuai dengan PSAK No 14 karena perusahaan selalu mencatat setiap adanya transaksi ke dalam akun
transaksi, dengan demikian setiap saat dapat diketahui jumlah persediaan. Namun kelemahan atau kekurangannya pada pengawasan terhadap sistem ini karena tidak adanya sistem manual yang diterapkan di mana semua transaksi yang terjadi dicatat secara komputerisasi yang bisa saja terjadi human eror atau virus yang merusak data.

Metode penilaian persediaan yang digunakan oleh PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu adalah metode FIFO (First in First out) dan telah sesuai dengan PSAK No 14. Begitu pula dengan pengukuran persediaan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu yang mencatat semua yang menyangkut biaya pembelian yaitu harga beli, biaya pengangkutan dan biaya lain-lain telah sesuai dengan PSAK No 14. Pengungkapan persediaan yang disajikan dalam laporan keuangan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kotamobagu telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK No 14 dalam penyajian laporan keuangan perusahaan dengan total persediaan per 31 Juli 2022 adalah sebesar Rp 2.000.000, sebagaimana yang tercatat dalam laporan laba-rugi dan laporan neraca.

Dari kesimpulan yang didapat peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan seperti perlunya membebankan biaya pemeliharaan sebagaimana yang telah dijelaskan pada PSAK No.14 paragraf 15 untuk mencegah adanya barang dan memastikan apakah barang yang keluar dari gudang untuk dijual benar-benar tidak rusak, cacat dan lain-lain.

Selain itu perlu pengawasan terhadap sistem agar supaya semua transaksi yang terjadi dicatat secara terkomputerisasi dan terhindar dari human error atau virus yang merusak data. Terakhir yaitu melakukan pemeriksaaan terhadap pencatatan persediaan untuk menghindari hal-hal misalnya kecurangan, minimal dilakukan sekali dalam sebulan. (***)

DAFTAR PUSTAKA
Abigail, C. N. (2018). PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN MENURUT PSAK NO. 14 PADA PERUSAHAAN UD. BAHTERA DI SURABAYA ā€“ Repository (diakses 14 Jan 2023)
Hafid A. K Putra. (2021). ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN ELPIJI
PADA PT SURYA GAS MANDIRI. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 9 (1). (diakses 14 Jan 2023) (2020, September 26).
Inilah Pengertian Laporan Keuangan Sesuai PSAK, Fungsi Dan Contoh Praktisnya Harmony. (diakses 14 Jan 2023)
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2018. Persediaan No.14 Revisi 2018. Jakarta : IAI Martani, Dwi dkk. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah berbasik PSAK, Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat
Nurā€™aini, Rosyidah Hadi Fitri. (2018).
Perlakuan Akuntansi Persediaan Berdasarkan PSAK 14 pada Perum Bulog Sub Divisi Regional Kabupaten Kediri Etheses of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University.
Ransun, N. (2015). Analisis Akuntansi persediaan Persediaan Barang Dagang Berdasarkan PSAK No 14 Pada PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (Skripsi, Politeknik Negeri Manado, 2015)
(diakses 1 Feb 2023)
Solihah, I. Anastasia E dan Ati R. (2020). Analisis Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Sesuai Dengan PSAK No 14 Pada Sarinah Department Store Basuki Rachmat Malang (Skripsi, Universitas Kanjuruhan Malang, (Diakses 15 Feb 2023).
Sambuaga, R. S. (2013). EVALUASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT. SUKSES ERA NIAGA MANADO. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi, 1(4) (diakses 15 Feb 2023).
Wullur, R. Herman Karamoy dan Winston Pontoh. (2016). Analisis Penerapan Akuntansi Persediaan Berdasarkan PSAK No. 14 Pada PT Gatraco Indah Manado. Jurnal Unsrat. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Samratulangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

No More Posts Available.

No more pages to load.