MANADO, Swarakawanua.com – Kekisruhan yang terjadi di tubuh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Utara semakin memanas dan memunculkan keprihatinan mendalam dari sejumlah tokoh senior Kadin. Mereka menilai Kadin Sulut telah mengalami krisis kepemimpinan dan pelanggaran serius terhadap AD/ART dan peraturan organisasi.
Para senior yang terdiri dari Daniel Pesik, Ronny Lumempow, Niko Ranti, Eko Tupang dan beberapa Kadin Senior lainnya dengan tegas menyerukan agar Kadin Indonesia segera turun tangan dan mengambil langkah tegas berupa caretaker terhadap Kadin Sulut.
“Kadin Sulut sudah tidak taat asas dan tidak lagi menjalankan amanat organisasi, selama 5 tahun tidak mampu membuat kepengurusan Kadin secara lengkap di 15 Kabupaten dan Kota Di Sulut malah turun dibanding sebelumnya, Terlalu banyak pelanggaran yang dibiarkan, dan ini mencederai nama baik Kadin sebagai lembaga pengusaha yang mulia,” ujar salah satu senior Kadin Sulut, Daniel Pesik, Kamis (16/10/2025).
Para senior Kadin menilai, pembiaran terhadap pelanggaran ini justru akan memperburuk citra organisasi pengusaha terbesar di Indonesia tersebut.
“Kadin Indonesia jangan tutup mata. Di depan mata kita, aturan dilanggar, prosedur diabaikan, dan integritas organisasi dikorbankan” kata Ronny Lumempouw.
Mereka mengingatkan bahwa Kadin adalah lembaga resmi yang diatur oleh undang-undang dan setiap tindakannya harus menjunjung tinggi prinsip tata kelola organisasi yang baik (good organizational governance).
Jika tidak segera dibenahi, maka seluruh hasil Musprov yang dilaksanakan secara tidak sah berpotensi cacat hukum dan batal demi hukum.
Dalam pernyataan bersama tersebut, para senior dengan tegas mendesak Kadin Indonesia segera mengeluarkan keputusan caretaker untuk Kadin Sulut, agar penyelenggaraan Musprov yang sah dapat dilaksanakan sesuai aturan organisasi dan AD/ART.
“Kami para senior tidak sedang mencari posisi, kami hanya ingin menjaga marwah Kadin. Ini organisasi besar dan terhormat, bukan alat kepentingan pribadi. Jangan biarkan Kadin Sulut jatuh karena kelalaian dan pembiaran,” tutup Daniel Pesik dalam nada tegas.(**)
