Usai Pamerkan Koleksi Kain Tenun Tradisional, Sangian: Sulut Punya Peradaban yang Cukup Tinggi

oleh -4776 Dilihat
Ini bukan sembarang meja, tapi meja bundar yang dipakai untuk musyawarah dalam agresi Belanda kedua yang dikenal dengan Peristiwa 14 Februari 1946.(Foto: ist)

 

MANADO, Swarakawanua.com –
Sulut mempunyai peradaban yang tinggi. Ini dibuktikan dengan sejumlah peninggalan sejak tahun 1300an, berupa kain tenun tradisional yakni kain Koffo, kain Bentenan dan kain Sikayu.

Ini dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan (Dikbud) Daerah Provinsi Sulut Ferry Sangkan SSos MAP, saat menutup Pameran Kain Tenun Tradisional Koleksi Museum Sulut Tahun 2021, Selasa 16 November 2021.

 

Sebagian koleksi Museum Daerah Sulut yang dipamerkan.(Foto: ist)

Pameran yang dihelat Dikbud Sulut melalui UPTD Taman Budaya dan Museum Provinsi, dirangkaikan dengan Pameran Historika, yang dibuka pada Rabu 10 November 2021.

Sangian yang ditemui wartawan saat penutupan pameran mengatakan, tujuan dari pelaksanaan pameran kain tenun tradisional adalah karena pentingnya upaya melestarikan warisan budaya. “Kita dapat mengambil sebuah inspirasi dan proses kreatif dari perajin tekstil tradisional,” katanya.

Ia juga menjelaskan, perkembangan kain tradisional tidak terlepas dari keanekaragaman alam Indonesia yang menjadi sumber inspirasi perajin sehingga melahirkan produk budaya daerah. “Pameran ini juga sebagai media penyampaian kepada masyarakat, khususnya generasi muda, bahwa Sulut punya peradaban yang cukup tinggi yakni sekitar tahun 1300an, ada kain Koffo, kain Bentenan dan kain Sikayu yang diproduksi oleh perajin dari Sulut,” paparnya.

Terkait Pameran Historika, Sangian menjelaskan, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan minat kunjungan ke museum, minat peserta didik untuk belajar sejarah sehingga memiliki rasa bangga dan cinta pada Tanah Air. “Dalam pameran disampaikan kepada generasi muda khususnya anak sekolah, bahwa kita punya peninggalan-peninggalan sejarah yang gambarannya perjuangan bangsa Indonesia dari etnis-etnis yang ada,” tuturnya.

Dalam pameran Historika yang dipamerkan adalah peninggalan-peninggalan sejarah berupa, meja bundar yang dipakai untuk musyawarah dalam agresi Belanda kedua yang dikenal dengan Peristiwa 14 Februari 1946, kemudian ada juga alat-alat perang yang digunakan raja-raja dari Bolaangmongondow dan Sangihe, ada juga peninggalan dari Riedel dan Schwarz di museum daerah. “Diharapkan dengan adanya pameran ini para generasi muda khususnya anak sekolah bisa mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah yang ada. Sebagai upaya juga memperkenalkan koleksi museum kepada masyarakat, karena dalam pemeran ini menampilkan data-data sejarah Indonesia khususnya Sulawesi Utara,” tandas Sangian.

Turut hadir dalam penutupan pameran, Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum Ferdy Tamarindang,
Kabid Kesenian Patricia Mawitjere, Ketua Panitia Pameran Berty Sulangi, siswa siswi SDN 124 Manado bersama guru dan siswa siswi SMPN 1 Manado bersama guru.(ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

No More Posts Available.

No more pages to load.